Kalah Bukan Akhir, Tapi Kau Masih Menang

Saya ingat taruhan pertama saya—Rp800, tengah malam, tangan gemetar di aliran Discord. Tak ada yang bersorak. Mereka bisik: ‘Ini membuatku menangis.’ Naga tidak mengaum karena beruntung—ia mengaum karena seseorang percaya padanya. Ini bukan mekanisme game, tapi puisi leluhur. RNG tidak adil karena kode—ia adil karena kami tetap hadir, bahkan saat kalah. Saya dulu pikir menang artinya cash-out. Lalu saya bertemu tutor Irlandia: ‘Harimau tidak peduli jika kamu menang—ia peduli jika kamu hadir lagi besok.’ Ayah Nigeria saya mengkode ritus kami menjadi cerita sebelum tidur: ‘Setiap kekalahan adalah sapuan kuas di kanvas ketahanan.’ Kami tak bermain demi ROI. Kami bermain demi irama—ketukan drum sebelum fajar, cahaya emas di kuil nasib. Taruhan ‘dan’? Bukan manajemen risiko—ini ingatan komunal.