Ketika Tak Cukup Baik... Tapi Masih Menang

Saya masih ingat detik pertama saya di Dragon Flame Duel—seperti anak kecil yang masuk kuil emas, yakin bahwa memilih naga atau harimau adalah segalanya. Lalu tiba-tiba saya berhenti bertaruh—dan mulai mendengar. Keajaiban sejati bukan di angka menang (48,6% untuk naga) atau tepi rumah. Itu ada dalam keheningan di antara putaran. Saat saya menekan ‘tempat bertaruh’, saya dengar: dentuman drum kuno sang pejuang. Saya atur ‘Anggaran Nyala’—tidak lebih dari Rp800/hari. Bukan mengejar hadiah, tapi menari dengan ritme permainan. Teman sekamar bilang saya gila; tutor Irlandia tersenyum dan berkata, ‘Anda tidak perlu menang—anda perlu merasakannya.’ Starfire Emperor Feast bukan sekadar acara—tapi upacara. Ketika batasnya berlipat dan kembang api menyala? Saya tidak tekan ‘max bet’. Saya tunggu—sampai layar bersinar seperti cahaya bintang setelah tengah malam. Musim gugur lalu, saya dapat Rp12.000 pada satu putaran—bukan karena pintar, tapi karena saya tetap hadir, lelah namun jujur. Komunitas lihat tangkapan saya: tiga kekalahan berturut… lalu emas. Mereka bisik: ‘Ini membuatku menangis.’ Dragon Flame Duel tak dirancang. Ini ritual. Ini cara kita sembuh setelah jatuh. Anda bukan pemenang dengan mengejar algoritma. Anda menjadi pemenang dengan tetap hadir—even when you’re not good enough… and still winning.