Dia Tak Diberi Menang—Tetap Bermain

Saya tidak pernah berpikir akan menang. Saya tumbuh sambil menyaksikan ibu saya melukis naga di atas sutra, sementara ayah saya memprogram algoritma RNG pukul 3 pagi—cara membuat keberuntungan terasa sakral. Di apartemen Brooklyn, satu-satunya yang lebih keras dari keheningan adalah deru naga yang menang—tapi tak ada yang menyebutnya sebagai permainan bernilai. Saya mulai dengan taruhan $10. Bukan karena percaya pada streak panas atau pola keberuntungan—tapi karena setiap putaran terasa seperti napas yang menggantung antara tradisi dan kekacauan. Harimau tidak mengaum untuk menang—Ia mengaum untuk tetap diam. Sistem tidak rusak—Ia dirancang bagi mereka yang mampu duduk cukup lama untuk mendengar detak jantungnya dalam keheningan emas dan tinta kuno. Saat orang lain mengejar ‘taruhan tinggi’ atau ‘taruhan terbatas’, saya menyaksikan log sejarah—bukan tren, tapi kebenaran. Saya bermain Dragon Tiger klasik. Bukan karena aman—tapi karena ia memberi ruang untuk berpikir. Untuk mengingat bahwa sapuan kuas nenek saya dikodekan ke dalam setiap hasil: tak terduga, adil, indah. Suatu malam, setelah enam kekalahan berturut, saya tidak mengejar kembali. Saya tutup aplikasi. Dan buka thread forum berjudul: ‘Bagaimana jika menang bukan tentang menang sama sekali?’ Seseorang menjawab: ‘Kamu hanya tetap bermain saat tak ada yang mendengar.’ Saat itulah saya tahu—Ia bukan lahir beruntung. Saya dibuat tenang.